Sandwich Generation

This post has already been read 122 times!

Apa Itu Sandwich Generation? Apakah kamu termasuk dalam kategorinya ?
Sandwich generation menjadi fenomena yang marak terjadi belakangan ini. Orang-orang yang mengalami generasi sandwich harus bertanggung jawab menghidupi orang tua dan anak-anaknya dalam waktu bersamaan. Kenali lebih lanjut mengenai apa itu sandwich generation, ciri-ciri dan dampaknya, serta cara keluar dari generasi sandwich.

Sandwich generation atau generasi sandwich adalah kondisi di mana seseorang bertanggung jawab penuh untuk menafkahi keluarganya, mulai dari orang tua, kakak, adik, hingga anak-anaknya. Orang-orang ini sering disebut sebagai tulang punggung keluarga.
Sandwich generation awalnya diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang profesor sekaligus direktur praktikum dari Universitas Kentucky. Pada tahun 1981, ia menerbitkan artikel penelitian berjudul “The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging”.
Di sini, Miller mendeskripsikan generasi sandwich sebagai suatu keadaan di mana seseorang memiliki tanggung jawab ganda untuk menghidupi dua generasi sekaligus. Dua generasi ini terdiri atas generasi atas, yakni orang tua atau mertua, dan juga generasi bawah, yaitu anak kandung atau bahkan cucu.

Ciri-Ciri Sandwich Generation
Jika Anda berada di middle age dan merasa terhimpit (sandwiched) karena terpaksa menghidupi dua generasi dari sisi finansial, baik kebutuhan sehari-hari hingga layanan kesehatan, maka Anda tergolong sebagai sandwich generation.
Menurut Carol Abaya selaku ahli Aging and Elder Care dari Amerika Serikat, terdapat 3 ciri-ciri dan peran sandwich generation. Berikut ulasannya.
1. The Traditional Sandwich Generation
Generasi ini berusia di antara 40 sampai 50 tahun. Posisi mereka di antara orang tua yang sudah lanjut usia dan anak-anak yang membutuhkan dukungan finansial.
2. The Club Sandwich Generation
Generasi ini berusia di antara 50 sampai 60 tahun. Posisi mereka terjepit di antara orang tua yang makin lanjut usia, anak-anak mereka yang mulai dewasa, dan ditambah cucu. Istilah ini juga bisa berlaku bagi generasi sandwich yang berusia sekitar 30-40 tahunan yang terjepit di antara anak yang lebih muda, orang tua yang lanjut usia, dan kakek-neneknya.
3. The Open Faced Sandwich Generation
Generasi ini tidak terikat usia, melainkan siapa saja yang terlibat dalam perawatan lansia. Dalam kasus ini, mereka tidak memiliki keterampilan profesional dalam merawat lansia, dan konsentrasi mereka terpecah dengan pekerjaan tetap.

Dampak Sandwich Generation
Beban untuk mengurus kebutuhan orang tua dan anak secara bersamaan sangatlah berat. Tak heran bila fenomena sandwich generation berdampak buruk bagi mereka yang terjebak di dalamnya. Berikut ulasan selengkapnya!
1. Tingkat Stres Tinggi
Bayangkan Anda harus mengurus dan menghidupi anak serta orang tua sekaligus. Kondisi sandwich generation ini pasti akan membuat seseorang kewalahan dan ter-drained. Alhasil, tingkat stres akan naik dan akan menimbulkan berbagai masalah baru di luar, baik dalam pekerjaan maupun hubungan sosial dengan orang lain.
2. Sulit Membagi Waktu untuk Keluarga
Beban membiayai finansial dua generasi tidak hanya berdampak fatal bagi kesehatan mental. Fenomena generasi sandwich juga menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk membagi waktu, baik bersama pasangan, orang tua, maupun anak-anak mereka.
3. Sulit Punya Quality Time dengan Diri Sendiri
Fenomena generasi sandwich juga berdampak negatif bagi diri sendiri. Karena harus fokus membiayai dua generasi sekaligus, seseorang akan merasa tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Uang dan waktu mereka sudah habis untuk mencari nafkah dan merawat anak serta orang tua mereka.
4. Munculnya Rasa Bersalah
Jika seseorang sudah terbiasa dengan tanggung jawab menafkahi dua generasi, mereka akan merasa bersalah jika tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga secara maksimal. Perasaan negatif ini jika tetap dipelihara dapat menjadi faktor pemicu munculnya stress dan gangguan mental.
5. Kesulitan Secara Finansial
Tidak sedikit orang yang hidup dengan penghasilan yang pas-pasan dan terjebak dalam fenomena sandwich generation. Hal ini memaksa mereka untuk merencanakan keuangan seoptimal dan sebaik mungkin agar dapat mencukupi kebutuhan diri sendiri, orang tua, dan juga anaknya.

Penyebab Munculnya Generasi Sandwich
Ada beberapa hal yang menyebabkan kemunculan sandwich generation. Berikut ulasan lengkapnya!
1. Perubahan Sosial
Perubahan sosial seperti meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah, menurunnya tingkat kesuburan, dan perubahan dalam pola keluarga, membuat generasi sandwich semakin marak di mana-mana.
Apalagi, kehidupan modern menuntut perempuan untuk bekerja dan memiliki karier yang sama dengan laki-laki, sehingga membuat mereka kesulitan dalam membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
2. Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi yang terjadi di masyarakat, seperti kenaikan biaya hidup dan terbatasnya sumber daya keuangan, membuat keluarga harus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Hal ini bisa menyebabkan orang berusia produktif hidup di rumah orang tua, dan secara tidak langsung harus merawat dan menafkahi mereka. Hal ini diperparah jika orang tua tidak lagi bekerja dan tidak memiliki cukup dana pensiun.
3. Harapan Keluarga
Beberapa keluarga mengharapkan anaknya untuk merawat orang tua ketika sudah memasuki usia purna. Selain itu, beberapa orang tua berharap untuk tinggal bersama anak mereka. Namun, harapan ini dapat mengakibatkan tekanan pada anak-anak, terutama jika mereka juga memiliki anak sendiri dan punya tanggung jawab besar dalam kehidupan sehari-hari.

Cara Keluar dari Sandwich Generation
Melihat dampak sandwich generation yang buruk bagi kesehatan mental pribadi dan orang lain, maka diperlukan strategi dan tips untuk keluar dari generasi sandwich. Berikut cara-cara efektif yang bisa Anda lakukan.
1. Kelola Keuangan dengan Baik
Agar bisa keluar dari generasi sandwich, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah merencanakan pengelolaan keuangan dengan baik. Pertama, lakukan pencatatan pengeluaran setiap bulan. Dari sana, Anda bisa mengetahui pos-pos yang bisa dijadikan sebagai prioritas utama dalam anggaran keuangan.
Setelah membuat prioritas, Anda bisa memprediksi uang yang harus dikeluarkan di bulan depan. Hal ini penting agar Anda tidak kewalahan dengan pengeluaran yang tak terencana di masa depan.
Jika dirasa kurang cukup, Anda bisa menggunakan jasa financial advisor untuk menyusun strategi finansial yang baik. Tujuannya agar Anda tidak melakukan kesalahan yang sama dan menyebabkan anak-anak Anda menjadi sandwich generation selanjutnya.
2. Menambah Penghasilan Tambahan
Cara keluar dari generasi sandwich selanjutnya adalah mencari penghasilan tambahan. Anda bisa mendapatkannya dari berbagai sumber, contohnya melakukan freelance job atau membuka bisnis sampingan.
Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan aset berlebih yang dimiliki keluarga, contohnya tanah atau properti. Daripada tidak terpakai, sebaiknya aset tersebut Anda sewakan. Harapannya, di masa depan Anda bisa mendapatkan passive income dari aset-aset tersebut.
3. Berhati-Hati dengan Utang Konsumtif
Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dari sandwich generation adalah menghindari utang, khususnya yang bersifat konsumtif, contohnya membeli barang mewah secara kredit.
Sebagai informasi, utang merupakan salah satu akar utama yang menyebabkan fenomena generasi sandwich. Pasalnya, banyak anak yang harus menanggung beban utang yang ditinggalkan oleh orang tuanya di masa lalu.
Itu sebabnya, selain membuat perencanaan keuangan yang matang, Anda harus bijak dalam mengatur pola konsumsi. Jangan sampai Anda mewariskan utang-utang Anda kepada generasi selanjutnya.
4. Siapkan Dana Darurat dan Asuransi
Dana darurat dan asuransi sudah terbukti membantu orang-orang keluar dari sandwich generation. Alasannya, biaya kesehatan seringkali besar dan tidak terduga. Jika Anda tidak menyiapkan dari sekarang, saat orang tua masuk rumah sakit, beban yang harus ditanggung sangatlah berat.
Selain itu, dana darurat dan asuransi juga mencegah munculnya berbagai masalah finansial lain seperti berutang. Itu sebabnya, selain dana pensiun, Anda harus menyiapkan kedua alokasi dana ini agar tidak menyebabkan masalah finansial bagi Anda maupun keturunan Anda di masa mendatang.
5. Mulai Investasi Sejak Dini
Cara terakhir meminimalisir generasi sandwich adalah dengan melakukan investasi sejak dini. Selagi beban finansial masih belum terlalu besar, sebaiknya Anda segera sisihkan pendapatan untuk investasi jangka panjang.
Salah satu bentuk investasi modal kecil yang bisa Anda lakukan adalah urun dana atau crowdfunding. Dalam skema investasi ini, Anda akan memberikan pendanaan secara patungan pada bisnis-bisnis seperti UMKM dan startup.
Karena sistemnya patungan, maka Anda tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Mulai dari Rp1 juta, Anda sudah bisa mendapat bagian dari bisnis tersebut.
Demikianlah penjelasan mengenai apa itu generasi sandwich, ciri-ciri, dampak, dan cara keluar dari sandwich generation. Harus diakui, untuk keluar dari fenomena ini sangatlah sulit. Butuh tekad yang kuat serta strategi yang matang agar fenomena generasi sandwich bisa teratasi dengan baik.

https://www.bizhare.id/media/keuangan/sandwich-generation
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20570
https://www.gramedia.com/best-seller/sandwich-generation/

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *